Kerja Wartawan Adalah Pengabdian

Fitri Chaeroni Sa’adah. (Dok. Pribadi)
            “Menjadi seorang wartawan tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri. Tapi, bekerja untuk orang banyak. Kerja seorang wartawan adalah pengabdian. Sama saja seperti Dokter atau Tentara. Wartawan memberi tahu sesuatu yang memang orang berhak untuk tahu”. Tutur Fitri Chaeroni Sa’adah perempuan kelahiran Kebumen Jawa Tengah. Cara berbicaranya yang lugas, waktu dua jam terasa sangat singkat ketika berbincang dengan Fitri yang saat ini berusia dua puluh satu tahun.
            Mahasiswi ilmu komunikasi di Untirta ini mengaku menjadi korban televisi sejak dirinya duduk dibangku sekolah dasar. Kegemarannya menonton berita ditelevisi dan melihat pembawaan Rosiana Silalahi yang tegas dan lugas dalam memandu berita menjadi awal Fitri Chaeroni tertarik untuk menjadi seorang wartawan, khususnya untuk bekerja distasiun televisi.         Minatnya dibidang jurnalistik tidak tersalurkan saat dia menempuh sekolah menengah kejuruan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, namun impiannya untuk menjadi seorang wartawan tidak hilang. Fitri masih suka menonton berita ditelevisi, hingga akhirnya dia menamatkan sekolah menengahnya dan melanjutkan untuk kuliah dijurusan ilmu komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
            Untirta Tv adalah tv komunitas di kampus Untirta yang menjadi tempat pertamanya terlibat sebagai seorang wartawan. Bergabung sejak 2013 hingga 2016, Fitri bertutur pengalamannya selama di tv komunitas tersebut mengajarkan banyak hal hingga menjadi seorang Fitri Chaeroni saat ini. Dimulai menjabat dari sebagai kru, program director, manajer news, bahkan dia juga sempat menjadi pemimpin umum Untirta Tv.
            Keterlibatan selanjutnya dibidang jurnalistik yaitu saat mahasiswa semester 7 ini menempuh magang di CNN Indonesia Student selama tiga bulan, Agustus hingga Oktober 2016. Selama di tempat magang dia harus membuat 3-7 artikel perhari baik artikel terjemahan atau artikel tulisan sendiri hasil liputan atau wawancaranya. Pengalaman berkesan menurutnya saat untuk pertama kali bertemu dengan Joko Widodo Presiden ke-7 Indonesia serta ikut bersama wartawan istana lainnya untuk meliput Jokowi saat acara Jambore Nasional Pramuka 2016 di Cibubur. Tak hanya itu, dia juga menyebutkan bertemu dengan putra-putri terbaik dari berbagai daerah, penemu-penemu muda, dan orang yang sukses dibidangnya masing-masing menjadi pengalaman yang luar biasa selama menjadi jurnalis.
            Skillnya dibidang jurnalistik tidak hanya ia dapatkan didalam kelas namun juga sering mengikuti seminar dan pelatihan jurnalistik. Baginya untuk menjadi seorang jurnalis harus kepo  atau memiliki keingintahuan yang tinggi pada suatu hal. Dan yang paling penting menurutnya adalah harus cinta dengan dunia jurnalistik serta tahu alasan kenapa ingin menjadi seorang jurnalis.
            Jika diberi kesempatan, ingin mewawancarai siapa? Ditanya begitu Fitri bertutur dirinya lebih senang mewawancarai orang yang tidak terkenal tapi memiliki “sesuatu”. Dia ingin “mengangkat sesuatu” untuk jadi bahan omongan. Ingin menemukan lebih banyak orang-orang inspiratif yang tidak banyak orang tahu. Ingin memberitahukan bahwa Indonesia punya orang-orang hebat yang walaupun tidak dapat sorotan media.

            Mengalami kebosananan atau malas dalam menjalani tugas kuliah ataupun pekerjan pasti dialami oleh semua orang tak terkecuali Fitri. Perempuan yang memiliki hobi berselancar diinternet ini mengatakan dalam mengahadapi hambatan tersebut dia selalu mengingat kembali apa yang menjadi prinsip hidupnya “when you get tired, remember why did you started”.

Komentar

  1. Terimakasih Maulia. Sebelum saya baca artikel ini saya terlebih dahulu membaca artikel yang baru-baru ini kamu buat, sudah terasa perkembangannya. Kini lebih rapih, ketimbang artikel tentang saya yang dibuat tahun lalu😅
    Keep up the good work, fighting!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fadlullah: Ketua Marbot Masjid Untirta

Hari Buku Sedunia, Toko Buku di Serang Sepi Pengunjung

Hey Senja Nama Penanya