Fenomena Clickbait & Berita Hoax

“Pria Sebatang Kara Ini Akhirnya Dievakuasi ke Panti Sosial”
“Edan!!! Hasil Jual Sabu Bakal Beli Obat Nyokap”
“Pro Kontra Penghapusan UN di Purwakarta Bupati dan Kepsek Katanya Yes Kalo Para Pelajar Bilangnya NO”
“4 ABG Boncengan 1 Motor Dikejar Geng Motor Pingin Tancap Gas Malah Ngeden (Keberatan) Jatuh, 3 ABG Dibacok Trus HP-nya Diembat”

Dizaman teknologi yang semakin canggih sampai hari ini, arus informasi yang sukar dibendung, membuat informasi dan berita tentang apapun begitu mudah tersebar dimasyarakat, melalui media sosial khususnya.
Pernahkah anda melihat judul-judul berita seperti diatas? Apa yang terlintas dipikiran anda? Tertarikkah anda membaca berita tersebut? Judul-judul yang bersifat sensasional tersebut biasanya terdapat dimedia daring yaitu media online termasuk situs berita dan media sosial seperti Facebook tapi tidak jarang pula terdapat dimedia yang mempunyai reputasi baik.
Dalam jurnalistik, media yang menjual sensasionalisme disebut sebagai jurnalisme tabloid. Di Indonesia media dengan model jurnalisme tabloid terbesar yaitu Pos Kota dan Lampu Hijau. Pada kedua koran tersebut sering menggunakan kata-kata yang bombastis pada judul beritanya. Penggunaan judul sensasional yang menjebak biasa disebut clickbait. Clickbait atau "umpan klik", "jebakan klik" merupakan modus media online masa kini untuk meningkatkan pengunjung. Tujuan clickbait berusaha membuat pembaca "penasaran" sehingga mengklik tautan pada judul berita tersebut. Seperti yang didefinisikan The Oxford English Dictionary bahwa clickbait sebagai "konten di internet (media online) yang bertujuan utama menarik perhatian dan mendorong pengunjung untuk mengklik sebuah link halaman situs tertentu". Pada berita-berita yang hanya menjual sensasionalisme pada judul atau clickbait tidak sedikit yang isi beritanya tidak penting, tidak aktual, dan kurang menarik. Dengan cara dijadikan clickbait yang menjebak itulah isi berita terkesan menarik dan update.
Kemudian fenomena tersebarnya secara massif berita hoaxPotongan gambar tersebut sempat menjadi viral di media sosial. Metro TV dianggap melakukan kebohongan publik terkait jumlah peserta aksi di hari tersebut. Ketika diverifikasi ke tayangan yang dimaksud, tidak ada keterangan Metro TV menulis 100 juta. Namun berita tersebut sudah menjadi viral dan tidak bisa dicegah. Berita atau informasi tersebut merupakan palsu atau hoax. Di era dimana informasi dan berita kini dapat dengan mudah tersebar dan menjadi viral maka hoax pun menjadi "hal biasa".
Hoax (baca: hōks) artinya berita bohong, informasi palsu, atau kabar dusta. Istilah ini populer seiring popularitas media online, terutama media sosial. Kata hoax berasal dari “hocus pocus” yang aslinya adalah bahasa Latin “hoc est corpus”, artinya “ini adalah tubuh”. Kata ini biasa digunakan penyihir untuk mengklaim bahwa sesuatu adalah benar --padahal dusta. (Wikipedia). Menurut Kamus Bahasa Inggris, hoax artinya olok-olok(an), cerita bohong, dan memperdayakan alias menipu. Dalam jurnalistik, istilah yang semakna dengan Hoax adalah Libel, yakni berita bohong, tidak benar, sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.
Di Indonesia media yang sangat getol menyebarkan berita hoax diantaranya Pos Metro dan Nusanews. Masyarakat Anti Hoax membeberkan 'otak' dibalik penyebaran berita dan informasi hoax di Indonesia dalam situs m.cnnindonesia.com edisi Jumat 2 Desember 2016 bahwasannya penyebaran berita hoax sudah menjadi industri di Indonesia bagaimana tidak keuntungan yang diraup bisa sampai sekitar 600 sampai 700 juta rupiah persatu tahun. Selain karena tujuan industri juga tersebarnya berita hoax dapat dilatarbelakangi karena kepentingan politik.
Pada kedua fenomena clickbait dan berita hoax menimbulkan masyarakat yang tertarik untuk membaca karena judul berita yang sensasional hingga memudahkan masyarakat untuk mudah menyebarkan berita hoax yang dapat memprovokasi masyarakat lainnya.

Kedua kasus tersebut dapat dikategorikan bertentangan dengan etika komunikasi. Pada fenomena clickbait telah melanggar elemen jurnalistik bahwa jurnalisme itu mengejar kebenaran, menjaga agar berita proporsional (sesuai dengan porsinya) sesuai dengan kenyataan. Dalam clickbait bukan bertujuan untuk menyampaikan informasi melainkan mendapatkan klik dan jumlah pengunjung. Selain itu jurnalisme disiplin dalam menjalankan verifikasi dan mengejar kebenaran hal ini tidak tercermin dalam berita palsu atau hoax.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fadlullah: Ketua Marbot Masjid Untirta

Hari Buku Sedunia, Toko Buku di Serang Sepi Pengunjung

Hey Senja Nama Penanya